bebek

Cartoons Comments Pictures
SELAMAT DATANG

Saturday 1 February 2014

MAKALAH FILSAFAT ILMU - DASAR DAN KOMPONEN ILMU


DASAR DAN KOMPONEN ILMU
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kulia: Filsafat Ilmu


  


 
Disusun Oleh Kelompok 4:
          IMAM TANTOWI
         2113217432







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2013







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan (science) merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih dari pada ustu arti[1]. Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini.
Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di samping akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi, karena peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian misalnya adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-dewa. Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi logos adalah pandangan yang bersifat rasional. Dalam persepsi mitos, dunia atau kosmos dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan magis, mistis. Atau dengan kata lain, dunia dijelaskan oleh faktor-faktor luar (eksternal). Sedang dalam persepsi rasional, dunia dianalisis dari faktor-faktor dalam (internal). Atau dengan kata lain, dunia dianalisis dengan argumentasi yang dapat diterima secara rasional atau akal sehat. Analisis rasional ini merupakan perintisan analisis secara ilmiah, tetapi belum dapat dikatakan ilmiah.
Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Sebelum Aristoteles dunia dipersepsikan tidak eksis, dunia hanya menumpang keberadaan dewa-dewa. Dunia bukan dunia riil, yang riil adalah dunia ide. Menurut Aristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri.
Sebelum kita memahami ilmu pengetahuan lebih luas, maka dalam makalah ini lebih difokuskan pada pembahasan Dasar dan komponen ilmu


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu
Ilmu secaranyta dan khas adalah suatu aktifitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yag dilakukan oleh manusia.[2]Selain asumsi yang dimiliki ilmuan, ilmu sendiri pada dasarnya memiliki dasar asumsi yang tak boleh diganggu gugat agar ilmu bisa tetap berdiri. Sepertinya banyak versi dari asumsi ilmu pengetahuan itu sendiri.[3]
Indera bisa dipercaya. Ini adalah asumsi pertama yang saya ajukan. Seorang ilmuan sama sekali tidak bisa bekerja begitu dia tidak mempercayai inderanya. Dalam bidang filsafat, yang mana dahulunya sering menyatu dengan ilmu, indra boleh jadi tidak dipercayai. Sayangnya pendapat ini akan berakibat fatal bagi ilmu, karena jika hal ini tidak dipercayai maka segala penelitian pecuma saja, karena toh Indra kita tidak dipercaya. Walaupun demikian, saya tidak mengatakan bahwa indra tidak boleh diragukan, bahkan dalam ilmu indra mata sendiri seharusnya diragukan.
Karena itu walaupun indra kita sendiri memang bisa diragukan, maka perlu pencerapan indra orang lain untuk pembenaran. dan karena itu pula butuh pengulangan dari penelitian itu atau verifikasi, oleh orang lain. Walau indra kita sendiri bisa diragukan indra banyak orang susah diragukan.
Logika dan matematika bisa dipercaya. Coba bayangkan ilmuan yang tidak mempercayai logika dan matematika. Setidaknya mereka harus mempercayainya walau secara pragmatis.
Sifat benda tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu. Asumsi ini penting karena kita membutuhkan dasar bahwa benda-benda memiliki ketetapan.  Benda-benda seharusnya memiliki sifat yang sama dalam jangka waktu tertentu, dan tidak berubah tiba-tiba tanpa alasan apapun. Baik sifat  objek secara individu (karena mempengaruhi penelitian) juga sifat-sifat benda-benda pada umumnya. Jika tidak mengasumsikan ketetapan sifat dari benda-benda secara umum maka tidak mungkin ada peramalan.
Adalah sah untuk menyimpulkan sesuatu yang lebih besar dari sebuah eksperimen sebagian yang faktor-faktor pengganggu ditekan serendah mungkin. Gambaran mengapa asumsi ini harus diambil dari lelucon kuno tentang korek api. Seorang anak diperintah orangtuanya untuk membeli korek api. Demi memastikan bahwa korek api itu menyala maka menyalakan semua korek api itu hingga habis. Penelitian menyeluruh adalah tidak berguna dan tidak masuk akal, sehingga generalisasi harus dianggap sah. Ini juga dibutuhkan agar statistika sah.
Pernyataan yang tidak diterima secara umum oleh komunitas ilmiah membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Dalam ilmu pengetahuan Pernyataan harus bisa dibuktikan. Saya tidak mengatakan semua pernyataan harus dibuktikan, karena nantinya ada pernyataan-pernyataan dalam ilmu yang sama sekali tidak bisa dibuktikan. Untuk membuktikan semuanya maka ilmu bisa jatuh ke bidang filsafat.
Ada penjelasan alami dan rasional dalam sebuah fenomena. Kita harus asumsikan bahwa ada penjelasan yang tidak melibatkan objek-objek supranatural dan suprarasional. Bukan berarti ilmuan tidak boleh mempercayai objek supranatural. Hanya saja hal itu harus disingkirkan. Ilmu akan kesulitan berkembang jika semuanya dijawab dengan teori “Takdir Tuhan.”
                        
B.     Komponen  ilmu
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut
1.      Fenomena, Kejadian atau gejala-gejala yang ditangkap oleh indra manusia dan dijadikan masalah karena belum diketahui (apa, mengapa, bagaimana) adanya.
2.      Konsep, Istilah atau symbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena, atau abstraksi dari fenomena.
3.      Variabel adalah adalah konsep yang mempunyai variasi sifat yang dapat dinyatakan dengan jumlah atau besaran yang bernulai kategorial. Variable sifat, jumlah atau besaran yang mempunyai nilai kategori (bertingkat) baik kualitatif, maupun kuantitatif , sebagai hasil penelaan mendasar dari konsep.
4.      Proposisi adalah kalimat ungkapan yang terdiri dari dua variable atau lebih, yang menyatakan hubungan sebab akibat (kausalitas)
5.       Fakta adalah proposisi yang telah teruji secara empiris (hubungan yang ditunjang oleh data empiris)
6.      Teori adalah jalinan fakta menurut kerangka bermakna.[4]
Bila fakta yang satu mempengaruhi yang lain disebut faktor. Hubungan antar faktor disebut proporsi. Proporsi inilah lazim disebut embrio teori. Bila sifat hubungan yang dimiliki proporsi telah diketahui, maka proporsi tersebut menjadi konsep lanjut (yang lebih tinggi dari konsep awal) yaitu menjadi teori hubungan. Bila teori itu sempat diuji berulang kali dan tetap bertahan, maka meningkat menjadi hukum atau dalil-dalil. Dalam bagan tampak sebagai berikut:
Gambar 1. Jalinan Antara Komponen-Komponen Ilmu
http://www.panamstatistik.com/jalinan%20komponen%20ilmu.jpg
PENDEKATAN UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan tentang hakikat kebenaran suatu ilmu. Filsafat mempelajari akal budi manusia, yang salah satu cirinya adalah selalu ingin tahu terhadap berbagai hal dan persoalan yang belum diketahui dan difahaminya. Karena dorongan ingin tahu itulah, maka manusia selalu mengajukan berbagai pertanyan-pertanyaan, seperti apa (what), mengapa (why), dan bagaimana (how).
Untuk memperoleh jawaban dan kebenaran dari berbagai pertanyaan tersebut diatas, ada beberapa cara atau pendekatan yang lazim digunakan yaitu :
Kebenaran yang didasarkan pada wahyu merupakan kebenaran mutlak (absolut), karena didasari oleh keyakinan dan kepercayaan. Kebenaran kita suci (misalnya Al-quran) bagi umat islam merupakan wahyu dari Allah yang kebenarannya mutlak. Karena kebenarannya itu mutlak, maka kebenaran tersebut tidak perlu dipertanyakan dan diuji lagi. Misalnya, Allah itu ada, Esa, adil dan maha penguasa alam semesta.
1.         Penemuan kebenaran melalui pendekatan non-ilmiah
Penemuan kebenaran pengetahuan tidak selalu melalui prosedur dan proses ilmiah, tetapi juga bisa dilalui pendekatan non-ilmiah. Pendekatan kebenaran non-ilmiah diperoleh melalui akan sehat, kebetulan, intuitif, trial and error, otoritas dan kewibawaan.
2.      Penemuan kebenaran melalui pendekatan akal sehat
Pendekatan ini biasanya kurang dapat diterima sebagai kebenaran ilmiah. Hal tersebut menurut Kerlinger (1992:4-8) disebabkan :a) Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep dalam pengertian yang longgar, b) Hasil pengujian hipotesis secara selektif karena semata-mata cocok dengan hipotesisnya, c) Kurang memperhatikan kendali atau kontrol terhadap sumber-sumber pengaruh di luar yang dipersoalkan, d) Dalam menjelaskan hubungan antar fenomena-fenomena tidak begitu tajam dan kurang hati-hati. Kebenaran yang diperoleh melalui akal sehat biasanya ditemukan dan digunakan dalam kehidupan praktis. Misalnya, kebenaran tentang pengaruh pendapatan seseorang terhadap tingkat konsumsinya.
3.            Penemuan kebenaran melalui pendekatan kebetulan
Penemua kebenaran melalui pendekatan kebetulan bukanlah kebenaran yang diperoleh secara ilmiah, tetapi memang secara kebetulan menemukan, misalanya penemuan obat sakit malaria (pohon kina), yang secara kebetulan. Penemuan pohon kina sebagai obat malaria sebagai kebenaran telah diterima oleh kalangan masyarakat termasuk masyarakat ilmiah.
4.            Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error
Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error dilakukan oleh manusia secara aktif dengan cara mengulang-ulang pekerjaannya sampai ditemukan suatu kebenaran tertentu. Dalam melakukan pekerjaan ini, manusia melakukan kegiatan tanpa adanya suatu tuntutan atau pedoman sistematis seperti pada penelitian ilmiah, tetapi secara untung-untungan menemukan kebeneran tertentu, misalnya seseorang yang menemukan cara mengajar yang paling efektif karena ia telah mengajar secara terus menerus.
5.            Penemuan kebenaran melalui pendekatan intuitif
Penemuan kebenaran melalui pendekatan intuitif diperoleh melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir ilmiah. Penemuan kebenaran ini pada umumnya diperoleh sangat cepat. Misalnya, penemuan kebenaran.
6.            Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan
Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan muncul dari pernyataan-pernyataan mereka yang memegang otoritas atau yang memiliki kewibawaan tertentu, misalnya pernyataan dari seorang ilmuwan dalam suatu forum ilmiah atau pernyataan seseorang yang menjadi kunci dalam kelompok tertentu. Pernyataan-pernyataan mereka diterima begitu saja tanpa diuji terlebih dahulu.
7.            Penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah
Penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah, yaitu kebenaran yang diperoleh dari proses berfikir dan prosedur ilmiah seperti telah dikemukakan di bagian terdahulu, yaitu diawali dengan merumsukan masalah, merumuskan kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Dalam penemuan keberanan melalui metode ilmiah, ada beberapa kriteria metode ilmiah yang harus diperhatikan, diantaranya : 1) Berdasarkan fakta, 2) Pertimbangan objektif, 3) sifatnya kuantitatif, 4) logika deduktif-hypotetik, 5) logika hipotetik-generalisasi.

 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu secaranyta dan khas adalah suatu aktifitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yag dilakukan oleh manusia. Selain asumsi yang dimiliki ilmuan, ilmu sendiri pada dasarnya memiliki dasar asumsi yang tak boleh diganggu gugat agar ilmu bisa tetap berdiri. Sepertinya banyak versi dari asumsi ilmu pengetahuan itu sendiri. Yaitu:
·         Indera bisa dipercaya,
·         Logika dan matematika bisa dipercaya,
·         Sifat benda tidak akan berubah dalam jangka waktu
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut:
·         Fenomena,
·         Konsep,
·         Variabel,
·         Proposisi,
·          Fakta,
·         Teori.




ANALISIS
Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan selalu berurusan dengan fakta-fakta, yakni informasi tentang dunia dan unsur-unsurnya yang diaggap sebaga fakta keras dan dapat dianalisis.
Kata ilmu pengetahuan berasal dari bahasa inggris science. Kata  itu memiliki akarnya pada bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan menawarkan sebuah pengetahuan  dan bukan sekedar opini tanpa dasar. Jadi, Ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal.
Sifat dan asumsi dasar ilmu,  pada dasarnya memiliki dasar asumsi yang tak boleh diganggu gugat agar ilmu bisa tetap berdiri. Sepertinya banyak versi dari asumsi ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu Indera bisa dipercaya, Logika dan matematika bisa dipercaya, Sifat benda tidak akan berubah dalam jangka waktu. Sedangkan komponen ilmu yaitu : Fenomena, Konsep, Variabel, Proposisi, Fakta, Teori.



Daftar pustaka
Liang, The gie.2012. pengantar filsafat ilmu.liberty Yogyakarta: yogyakarta
Muslih, Muhammad. 2004. Filsafat Ilmu; Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka teori Ilmu Pengetahuan, Belukar: Yogyakarta.
http://www.filsafatilmu.com/artikel/objek-kajian/asumsi-dan-ilmu-3-asumsi-dasar-ilmu
http://teknologidanpolitikkomunikasi.blogspot.com/2013/06/pengertian-syarat-komponen-dan-sitaf.html


[1] The liang gie, pengantar filsafat ilmu. 2012. Hlm : 85
[2] Ibid, penganar filsafat ilmu. Hlm : 96
[3] http://www.filsafatilmu.com/artikel/objek-kajian/asumsi-dan-ilmu-3-asumsi-dasar-ilmu
[4] http://teknologidanpolitikkomunikasi.blogspot.com/2013/06/pengertian-syarat-komponen-dan-sitaf.html

No comments:

Post a Comment